Memegang idealisme itu laksana MENGGENGGAM BARA API..Tak banyak orang mau melakukannya.. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari perlindungan telapak tangan AGAR TAK MELEPUH..

Kamis, 14 Agustus 2008

KEJAMNYA DUNIA

Teringat pada acara reality show yang pernah ditayangkan di stasiun swasta di Negara tercinta ini, saya pun ingin menceritakan apa yang pernah saya lihat. Sudah hari ke sepuluh saya berkutat di ruang rumah sakit ini. Banyak sekali pelajaran-pelajaran hidup yang bisa di ambil. Mulai dari suasana hiruk pikuk kegembiraan mewarnai kamar pasien, kekecewaan karena operasinya ditunda atau pun kegagalan operasi (kayaknya jarang dah) mudah2an apa-apa yang dilakukan berbuah keberhasilan.
Pagi itu, kami kedatangan pasien dari UGD. Ternyata pasien itu sudah datang dari tadi malam. Entah apa penyakit dari pasien tersebut sehingga UGD menjadi tempat pertama yang ia kunjungi. Matanya tertutup kassa perban rekat dengan mata kanannya yang terlihat berdarah. Ia terbaring lemas dan merintih kesakitan. Aku dan teman-teman ingin mengetahui apakah gerangan yang terjadi pada ibu itu. Mulailah kami dengan perlahan membuka perban yang terekat di mata kirinya. Kami pun sedikit kaget karena bola matanya sudah habis termakan ganasnya kanker. Lobang matanya hanya berisikan daging-daging ganas yang terus menginvasi rongga mata. Terlihat masa dengan warna hitam mengepul yang dijadikan tempat belatung-belatung anak lalat mencari nafkah. Bau yang khas tidak akan melupakan kesan pertama kami bahwa ini adalah sebuah kanker.
Dengan kapas steril kamipun mencoba menghentikan perdarahan-perdarahan kecil yang ada di rongga yang telah rusak itu. Kini kulit yang menyelimuti sebagian dahi dan pipi sudah terlihat putih khas warna tuilang tengkorak. Kulitnya telah habis karena ganasnya daging tumbuh itu.
Pria yang duduk termenung itu terlihat tampak lusuh, kaku, tanpa harapan. Ia duduk terpaku, pandangan matanya kosong. Entah apa yang ia pikirkan. Akupun mendekati pria setengah baya itu. Ternyata ialah suami pasien itu. Ia berasal dari daerah yang bisa dikatakan masih terpencil. Menurut penuturannya, istrinya tersebut sudah menderita penyakit sejak 5 tahun yang lalu. Pada awalnya, pasien hanya sedikit gatal-gatal pada daerah kelopak mata atas. Setelah digaruk ternyata benda itu menonjol dan pecah hingga berjalannya waktu, daging itu mulai menggerogoti sebagian rongga matanya. Ia sangat pasrah terlihat melihat kondisi istrinya seperti itu.
Pria itu pernah membawa istrinya berobat ke RS pring sewu tetapi pihat sana menyarankan untuk berobat ke jakarta. Sampai akhirnya fasilitas gakin membawa mereka ke RSAM untuk berobat. Menurut aku sih sama saja penatalaksanaan kanker tersebut tidak dapat dilakukan di RS ini karena masih kurangnya peralatan yang dapat menunjang operasi.
Pasien mengis tersedu-sedu ketika mendengar berita bahwa RS disini tidak dapat menangani penyakitnya. Ia sudah susah ditambah lagi dengan penderitaan yang tiada bisa ia lawan. Entah nikmat Alloh yang mana yang ia dustakan hingga ia harus diberikan cobaan yang berat ini.
Kami pun segera menuju ruang ko as. Kami sedikit berdiskusi dan berinisiatif untuk memasukkannya ke salah satu acara reality show. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bantuan pengobatan. Akan tetapi, hal ini sepertinya tidak sesuai dengan etika kedokteran dimana seorang dokter harus menjaga rahasia pasiennya. Walaupun sudah meninggal, rahasia itu tetap terjaga dan kalau bisa rahasia itu bersama-sama dikuburkan kala pasien itu menemui ajalnya. Solusinya adalah membuat informed concern jadi si keluarga pasien diberitahu dulu dan memberikan persetujuan.
Penderitaan keluarga tersebut sangat pelik. Dimana ia harus berjuang melawan kemiskinan, masalah satu lagi muncul yakni kesakitan. Ia harus berjuang untuk mempertahankan hidupnya. Kejamnya dunia.

1 komentar:

Kastrat BEM FK Universitas Lampung mengatakan...

Aslm kak... selamt ya k yg udh jadi dokter muda hehe.. oh y kak ditunggu tulisannya di blog kastrat BEM. Sukses kak!!