Saya ke Surabaya modal nekat. Ini kali pertamanya saya ke Surabaya. Perjalanan ini adalah buah dari ketidakkonsistenan saya dalam mengambil keputusan. Alhasil saya kurang persiapan, jadwal saya amburadul dan lain sebagainya. Saya sampai di stasiun gambir pukul 19.20. melihat antrian panjang yang ada di loket pembelian tiket Kereta Api Bromo anggkrek jurusan Jakarta – Surabaya saya merasa pesimis akan berangkat ke Surabaya. Loket itu sudah banyak antian tetapi loket tersebut enggan membuka pembelian tiket. Barulah setelah saya mengantri selama 30 menit, loket tersebut buka. Rasa kekecewaan timbul di wajah para pengatri tiket karena tiket untuk pemberangkatan ke Surabaya hany tinggal 11 orang. Saat itu mungkin saya berada pada posisi orang ke 40. Seorang satpam mendekati saya dan memberikan informasi mengenai tiket yang sudah habis terjuan itu dan beliau menyarankan untuk membeli tiket tanpa tempat duduk tetapi dengan harga yang sama. Saya berpikir daripada saya harus menunggu sampai besok keburu basi acaranya. Akhirnya saya mengunjungi costumer service untuk langsung membeli tiket tanpa tempat duduk itu.
Lega rasanya setelah tiket ini ada digenggaman. Walaupun membelinya dengan harga yang sama dengan fasilitas jauh berbeda saya mencoba meyakinkan diri untuk pergi ke Surabaya. Ah pikiran ini hanya terpatri pada asal nyampe Surabaya saja. Mau itu duduk atau berdiri ataupun tidur dibawah saya akan lakukan. Setelah lega telah memiliki tiket saya bergegas menuju masjid untuk mendirikan sholat isya. Mengingat waktu sudah mepet saya pun langsung saja stand by di tempat menunggu di terminal satu Stasiun gambir. Jam 21.15 kereta Bromo Anggrek sudah tiba di hadapan saya. Saya langsung naik dan mencoba mencari-cari tempat yang sedikit layak untuk dijadikan tempat istirahat sejenak. Setelah sekian lam mutar-mutar gerbong kereta akhirnya saya melihat 2 orang lelaki yang kelihatannya bernasib sama dengan saya yakni tidak memiliki kursi. Walaupun mereka berdua duduk di kursi gerbong eksekutif saya sudah dapat menerka bahwa mereka tidak memiliki tiket kursi. Hal ini terlihat dari posisi duduk yang kurang tenang dari mereka.
Akhirnya saya mencoba mendekatinya dan bertanya. “ini gak ada yang nempatin ya?”. Mereka kira saya ini penumpang yang memiliki kursi yang kebetulan saat itu mereka tempati. Saya pun mencoba mengakrabkan diri dengan mereka. Mengobrol adalah suatu media yang cocok untuk mencairkan suasana. Lebih sempurna lagi saya langsung duduk di kursi yang masih kosong itu. Akhirnya kami bertiga berkenalan. Mereka adalah Hendro dan Agung. Mereka bekerja di Jakarta. Mereka penduduk asli Surabaya tetapi tinggal di Jakarta utnuk bekerja di perusahaan berat.
Akhirnya keretapun menmyalakan mesin lokomotifnya dan mencoba jalan menuju Surabaya. Ahhhhh betapa leganya rasa ini. Ternyata penumpang yang memiliki kursi yang saya tempati ini tidak ada yang menempati. Kamipun bersorak untuk merayakan kehokian yang telah kami dapatkan. Selang 15 menit berjalan si kereta itu, pemeriksaan karcis penumpangpun di lakukan oleh petugas. Kamipun menyerahkan tiket penumpang tanpa kursi, sang petugas KA hanya mengatakan kalau ada orangnya kalian pindah yah. Kamipun serentak menjawab “enggeh”..:)
Dalam perjalanan kami saling bercerita tentang tempat tinggal, pekerjaan dan masih banyak lagi.karena kelelahan mungin dia tertidur. Saya belum bisa tidur akhirnya saya menyalakan MP3 untuk mendengarkan nasyid2 rabbani pilihan. Sedikit memberikan penyejukkan dengan syair-syairnya itu sayapun terbuai dalam setiap kata-katanya dan akhirnya tertidur. Samapi di semarang jam 4 pagi. Saya masih dalamkondisi setengah sadar, lalu saya melanjutkan petualangan mimpi yang tadi sempat terputus. Masya Alloh waktu kini menunjukkan pukul 6 pagi. Saya terlupa untuk bangun sholat subuh., lalu saya bergega untuk mengambil wudhu di WC yang baunya tak karuan itu.. Sholat metode kedipan mata dan pembedaan posisi akhirnya saya lakukan karena kondisinya kurang memungkinkan untuk saya sholat subuh.
Sebelumnya saya ditawari oleh pramugari (sebutan untuk di kereta apai saya lupa namanya). Menawarkan kopi susu dan nasi goring ke saya. Saya kira makanan itu sudah jatah adanya tetapi harus bayar. Saya mengambil kopi susu dan membayarnya dengan harga 6 ribu.
Sampailah saya di Stasiun kereta Api pasar turi Surabaya. Saat itu menunjukkan pukul 8 pagi. Saya pun mencoba mengontak ronaa yang katanya orang yang akan menjemput. Ronaa mengatakan bahwa yang menjemput saya itu wina. Hendro saat itu mengajak saya untuk makan dan minum di warung sekitar stasiun sembari menunggu wina datang. Setelah makan saya menunggu wina di stasiun. Hendro menemani saya sampai jam 9 saja karena dia ada janjian dengan temannya. Setelah dengan kesalnya saya menunggu wina datang ternyata vesika urinaria ini terasa sangat penuh dan butuh untuk mengeluarkan kemihnya. Saya menuju ke kamar mandi umum untuk mencoba membebaskan air kemih itu ke luar kandung kemih. Dengan mengeluarkan uang seribu saya sudah lega dengan kondisi air kemih yang sudah tersalurkan keluar.
Sekembalinya ke ruang tunggu saya sudah melihat wina dan adiknya yang sedang menunggu. Akhirnya mereka mendekati saya dan akhirnya kamipun saling tersenyum. Yah memang kami tidak kenal hanya tahu nama, suara dan kepribadian, tetapi secara fisik kami kurang mengenal. Secara kami hanya berhubungan melalui dunia maya ini. Saat itu Chandra Unud juga datang bersamaan. Ternyata wina sangat lama sekali menjemput saya karena menjemput Chandra dulu di terminal bus. Tapi tak apa-apa lah itung-itung mencoba kesabaran saya dalam menunggu..
Kamipun langsung menuju kampus Unair.ternyata disana sudah ada beberapa PHN yang datang. Setelah berbincang-bincang dengan teman lama ataupun baru saya diajak Ronaa untuk membersihkan diri.. mengingat sudah 1 hrian penuh saya belum mandi saya mendi dirumah Ronaa ekstra untuk menghilangkan daki-daki dan kuman yang sudah melekat pada kulit-kulit yang lembab ini….
Saya sangat bersyukur karena dipertemukan oleh orang-orang baik yang pada saat saya membutuhkannya hadir tanpa diprediksi. Ternyata Alloh memberikan kenikmatannya……………..
isawandi darwis poenya cerita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar