Memegang idealisme itu laksana MENGGENGGAM BARA API..Tak banyak orang mau melakukannya.. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari perlindungan telapak tangan AGAR TAK MELEPUH..

Sabtu, 12 Juli 2008

Inkonsistensi

Hari ini hari jumat. Saya terbangun dari tidur babak ke-2 jam 8. Saya sudah merencanakan hari ini untuk bayaran semester. Bergegas marapikan diri lalu saya menuju ATM BRI untuk mengambil uang yang dikirimkan ibu ke ATM saya. Alhamdulillah ATM ini terisi 7,5 juta. Ini bukan untuk dibelanjakan melainkan uang ini untuk bayaran semester dan masuk koas..ooh dada ini semakin sesak mengingat banyaknya uang yang telah dikeluarkan oleh ibu untuk biaya kuliah. Saat bayaran saya kebetulan bertemu dengan seorang akhwat yang dahulunya berkenalan secara tidak sengaja di kantor post unila.

Saat yang bersamaan saya mencoba menelpon seorang kawan ISMKI yang berada di Surabaya. Saya menanyakan perihal pelatihan untuk fasilitator yang akan dilaksanakan di Surabaya pada hari minggu dan senin. Awalnya saya sangat enggan untuk berangkat kesana, mengingat kondisi keuangan yang semakin menipis ini. Mendengar keluh kesah panitia pelaksana terkait komitmen para fasilitator saya merasa bersalah apabila tidak datang untuk pelatihan di Surabaya. Akhirnya semangat ini muncul untuk menuju Surabaya. Saya berpikiran untuk menggunakan kas BEM yang masih sisa 5 jutaan itu. Entah berpikiran dari mana saya langsung punya inisiatif untuk menggunakannya. Toh uang sisa ini ada pada saat saya menjabat. Saya berencana untuk berangkat sore ini dengan memesan tiket BUS Lampung-Surabaya via jasa angkutan Lorena. Setelah ngubek-ngubek nyari nomor telepon Lorena, ternyata tiket sudah habis untuk pemberangkatan jumat dan sabtu. Dari situlah timbul perasaan malas untuk berangkat. Dasar kurang konsisten untuk menetapkan suatu keputusan. Teman saya sms untuk mengajak ke Jakarta bareng. Sayapun mengiyakan untu berangkat. Saya berencana untuk berangkat ke Surabaya dengan membeli tiket di Jakarta.

Saya berangkat dari rumah teman saya jam 9 malam dengan dijemput oleh travel tegas. Si merah saya titipkan dirumahnya. Dari situ saya berpikiran untuk tidak berangkat ke Surabaya. Hal ini mengingat tidak dapatnya tiket Bus dan rasa malas yang saat ini memuncak karena entah rasa kerinduan dengan keluarga jadi saya malas untuk pergi ke Surabaya. Sesampainya di Pelabuhan Merak, kami dijemput oleh cowoknya teman saya dengan mobil Kijang. Diantar olehnya sampai tangerang. Saya sampai rumah jam 5 pagi hari Sabtu. Datang dengan mencium kedua pipi ibu dan bapak, saya langsung menunaikan sholat subuh. Setelah itu langsung tidur pulas membalas rasa capai dan begadangnya saya saat perjalanan pulang ke rumah.

Jam 8 pagi bangun dengan ditemani otot-otot yang masih kaku dan mata yang sulit untuk membuka, saya paksakan tubuh ini untuk bangkit dan mencoba bercengkrama dengan saudara-saudara. Hmmm ternyata kondisi rumah sedang sepi. A’ adjuk lari pagi, the obah dan suaminya sedang jalan-jalan pagi membawa anak the oom kiki dan salsa. Tidak lama kemudian merekapun pulang. Saatnya kami bercengkrama dengan saudara-saudara melepas kerinduan yang lama terpendam. Akhirnya saya melihat gurauan kiki yang membuat saya geli. Melihat salsa yang cantik dan lucu. Kesemuanya itu begitu indah. Memberikan saya nafas pembaharuan setelah penatnya menima ilmu di negeri seberang.

Sore hari kira-kira jam 4. Saya sms wina. “Aslmkm.Wina kayaknya kk gak bisa ke Surabaya.Ada Keperluan dirumah.Jadinya ga bisa ke luar kota lagi.Afwan wina..Insya Alloh kalo ada waktu, umur&kesempatankita pasti bs ketemu.^.^..

Setelah sms terkirim lalu ada yang menelpon saya dengan nomor Simpati..ternyata wina yang menelpon.singkat cerita ternyata dia kecewa dengan pembatalan keberangkatan saya. Saya merasa bersalah sekali. Saya sudah ditetapkan sebagai fasilitator LKMM Nasional ISMKI tetapi saya tidak mengikuti Training fasilitator. Hwaaahh, semakin bingbang hati ini. Akirnya saya kembali memutuskan untuk berangkat hari itu juga ke Surabaya. Ini kali ke duanya ketidak konsistenan yang saya lakukan. Akhirnya tanpa pikir panjang saya berangkat ke terminal tanah tinggi untuk memesan tiket BUS keberangkatan ke Surabaya. Ternyata tiket itu sudah habis. Kalaupun ada keberangkatan untuk besok harinya. Akhirnya saya memutuskan untuk berangkat ke Surabaya dengan menggunakan jasa Kereta Api.

Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Saya segera packing barang-barang seperlunya untuk berangkat ke Surabaya. Packing tidak terlalu lama karena saya hanya memasukkan barang-barang bawaan saya yang masih dalam sartu paket itu ke dalam tas ransel eiger biru pemberian A’Adjuk. Tas itu sudah sempat jalan-jalan ke malang, Makassar, Palembang, bandung dan kali ini ingin ku ajak jalan-jalan ke Kota Surabaya. Uang disaku ada 200 ribu. Melihat hal tersebut ibu tidak tega melihatku berangkat dengan mengantongi uang hanya 200 ribu, akhirnya ibu memberikan uang tambahan 300 ribu untuk jalan ke Surabaya. Semakin sesak dada ini melihat ibu yang begitu banyaknya berkoran demi aku ini yang sedang jalan-jalan ke luar kota. Saya berkata “emak, adi dapet uang dari kampus, nih gak usah ditambah lagi uangnya, lagian di ATM masih ada kok”. Ibu menimpal “yang di ATM buat bayar co-ass, uang ini buat jaga-jaga aja”. Tanpa pikir panjang saya masukan saja uang itu kedalam dompet coklat tua ini yang sudah menua.

Mengangkatkan kaki dari rumah jam setengah 6. Saya tidak sempat mandi dulu mengingat keterbatasan waktu yang saya punya. Saya menuju terminal kalideres. Disana saya tidak langsung menuju Gambir. Saya sejenak menunaikan ibadah sholat maghrib dulu. Perasaan ini tenang bila sudah menunaikannya. Selepas meninggalkan masjid saya bergegas membeli tiket busway. Ini kali pertamanya saya naik busway. Ironis memang, sudah 18 tahun hidup di Tangerang baru kali ini saya naik busway. Busway pertama saya menuju harmoni, barulah dari harmoni saya nyambung busway ke 2 menuju stasiun gambir..akhirnya saya sampai juga di stasiun gambir dengan berlumurkan keringat malam karena berburu-buru, dan kurang tenangnya pikiran saya saat itu karena saya takut kalau tiket kereta Api sudah habis dan saya mengurungkan niat untuk pergi ke Surabaya…………….

iswandi darwis poenya cerita...

Tidak ada komentar: