Cerita ini berawal dari sms yang saya terima pada 23 Juni pukul 10.56, yang berisi “akh, zuhur ini bisa ketemu di wasii? Ajak johan juga yang laen juga boleh. Ana mau minta tolong..Jzkl..Pikir saya tidak terlalu jauh ke depan mungin ada sesuatu yang bisa saya Bantu..dan saya membalas smsnya Insya Alloh akh. Ana solat dzuhur disana. Kalau johan sekarang lagi jaga tim medis SPMB insya Alloh dikasih tau. Saat itu saya tengah sibuk dengan mengumpulkas persyaratan mahasiswa berprestasi. Jam menunjukkan pukul 11.45 saya bergegas ke masjid wasii dengan beranjak dari kampus ditemani satria merah kesayangan. Setibanya di masjid saya langsung mengunci motor dan menggemboknya (maklum sering terjadi kemalingan motor). Adzan dzuhur dikumandangkan, saya bergegas membasuhkan wudhu ke tubuh saya dan menunaikan sholat dzuhur. 4 rakaat sudah selesai lalu saya mengambil tempat lain untuk sholat badiyah. Selesai sholat saya menengok ke sisi kiri masjid dan ternyata murobbi saya, kak edi begitu saya panggil beliau sudah ada duduk memejamkan mata seraya sedang berdoa mengahadap illahi. Perlahan saya hampirinya, dengan sedikit menepuk telapak tangan dan mengatakan Assalamualaikum kak edi. Beliau lalu membuka matanya dan menjawab walaikumsallam. Lalu tersenyum melihat saya. Ketika itu beliau juga dihampiri oleh rekannya juga. Kelihatannya mereka berdua sedang berbicara masalah yang penting lalu saya memilih untuk meninggalkannya dulu dan menghampiri wakil presiden unila yang saat itu juga hadir. Sedikit berbincang-bincang dengan wapres saya diisyaratkan untuk dating kepada kak edi olehnya. Saya berpamitan dengan wapres dan menghampiri kak edi. Pembicaraannya pun dimulai.
Antum dah dapet beasiswa belum?tanya kak edi. “Alhamdulillah sudah kak, PPA tapi gak tau kapan keluarnya”. Jawab saya..”temen-temen yang laen dapet juga?” timpal kak edi. Saya menjawab Cuma ana, johan, anton aja yang dapet. Kak edi bertanya lagi “kalau yang laen dah coba ngajuin besiswa BLT (saya gak tau beasiswa apa itu namanya yang intinya beasiswa itu sebagai usaha pemerintah membungkam usaha mahasiswa untuk terus berdemo berdalih kompensasi peningkatan BBM). Saya menjawab “ reza, rifqi yang laennya juga ngajuin kak. Insya Alloh dapet karena di Kedokteran itu kuotanya ngelebihan jumlah mahasiswa yang ada. Yah pasti dapet”. “Ooh begitu” timpal kak edi. Beliaupun mengutarakan maksudnya kepada saya. “antum bisa gak ngebantuin ana untuk biaya cetak skripsi. Ana lagi banyak keperluan. Skripsi ini harus bisa di cetak sebelum tanggal banyaran supaya dapet tanda bebas SPP. Kalau lewat ana harus bayar juga padahal kan September ini mau lulus”. Saya mengerti maksudnya. Lalu saya menjawab Insya Alloh kak nanti dibantu. Perbincangan kami panjang sekali. Tetapi saya lupa kata perkatanya. Sebelumnya saya menunjukkan hasil karya Skripsi saya ke beliau. ”antum berapa duit ini nyetaknya” tanya kak edi. 130 ribu kak di Ardi Lada itu. Saya menjawab. Bagus isi skripsi antum sambil kak edi tersenyum.Selesai dari percakapan, kami pun beranjak dari masjid menuju ke parkiran.
Di parkiran ternyata johan datang dengan motor satria merah kesayangannya. Dari kejauhan memang sudah nampak. Nampaknya bukan dari motornya tetapi suara motornya johan yang sanagt khas. Johan pun parkir di tempat parkir yang berdekatan dengan parkir motor saya. Johan berjabat tangan dengan kak edi dan mengobrol sebentar. Setelah mengobrol dengan kak edi, saya berbicara dengan johan. Perbincangan kami berkutat sekitar masalah yang tadi saya dan kak edi perbincangkan. Kami memutuskan untuk langsung memberikan bantguan kepada kak edi. Kemarin minggu kami mempunyai rezeki dari sisa uang bakti sosial untuk pembelian obat. Dan uang itu kini menjadi rezeki kak edi. Kak edi sedang membutuhkan uang tersebut. Akhirnya saya dan johan mengeluarkan utuk membantu kak edi mencetak skripsinya. Selesai saya mengobrol dengan johan, saya langsung menemui kak edi yang sedang ngobrol di sekitaran parkir masjid. Saya menanyakan tujuan kak edi kemana. Rupanya beliau ingin ke kampusnya. Lalu tanpa panjang lebar saya langsung memberikan uang kepada beliau. ”kak edi ni ada uang, bisa kak edi pakai, kalu di kembaliinnya kapan aja bisa, mudah-mudahan bermanfaat”. ”syukron yah wis, semoga aja uang ini bisa bermanfaat” kak edi membalasnya. ”Antum mau kemana?” tanya kak edi. ”ana mau ke rektorat ngurusin berkas mawapres” oh yah udah terimakasih yah..
malam harinya saya sms kak edi. ”kak masalah uang yang tadi siang, gak usah dipikirin lagi yah, Insya Alloh itu dah rezeki kak edi, semoga aja bisa bermanfaat buat cetak skripsinya”. Kak edi membalas.”Subhanalloh jazakumulloh khoir katsir. Makasih semuanya.. itulah sepenggal cerita mengenai kekeluargaan kami di liqoan. Kami bagai satu organ tubuh yang apabila salah satunya sakit, seluruh tubuh akan kesakitan pula. Ketika salah satu keluarga mendapat kesulitas yang lain akan memberikan pertolongan. Karena sesungguhnya pertolongan Alloh begitu dekat. Oleh karena itu apabila kita mendapatkan sebuah masalah jangan sungkan-sungkan untuk bercerita kepada teman-teman sekeliling kita yang notabenenya adalah saudara dekat. Sesungguhnya Alloh memberikan pertolongan melalui saudara kita tersebut..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar