Human Imunodeficiency Virus (HIV)/Acquired Imunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah besar yang mengancamIndonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan yakni krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, krisis pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Sebagai krisis kesehatan, AIDS memerlukan respons dari masyarakat dan memerlukan layanan pengobatan dan perawatan untuk individu yang terinfeksi HIV (Djoerban dan Djauzi, 2006). Menurut Susiloningsih (2006), dari tahun ke tahun jumlah kasus HIV-AIDS baru memiliki kecenderungan meningkat dengan pesat. Sampai tahun 2005 penderita HIV-AIDS di seluruh dunia telah mencapai kisaran angka 3,6 – 4,53 juta. Disebutkan bahwa setiap 1 menit ada 5 orang terinfeksi HIV. Di Indonesia sampai 30 September 2007 terdapat 5.904 kasus HIV positif dan 10.384 AIDS. Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.287 telah meninggal dunia (Dirjen P2M, 2007). Provinsi Lampung sampai pada tahun 2007 terdapat penderita HIV/AIDS sebanyak 130 orang (Depkes, 2007)
HIV/AIDS sampai saat ini belum dapat disembuhkan secara total, namun data selama 8 tahun terakhir menunjukkan bukti yang amat meyakinkan bahwa pengobatan dengan kombinasi beberapa obat anti HIV atau obat anti retroviral (ARV) bermanfaat menurunkan morbiditas dan mortalitas dini akibat infeksi HIV. Orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih sehat, dapat bekerja normal dan produktif (Djoerban dan Djauzi, 2006). Kendala yang ada yakni obat ARV tidak tersedia semuanya di Indonesia. Selain itu pula obat ARV sangat mahal yang menjadikan daya beli masyarakat terhadap obat ARV ini sangat kecil sehingga pengobatan HIV/AIDS belum dapat merambah di kalangan masyarakat menengah ke bawah
Provinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat beraneka ragam, prospektif, dan dapat diandalkan, mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, pertambangan, pariwisata, sampai kehutanan. Pertanian merupakan sector andalan yang kini menjadi ujung tombak perekonomian masyarakat Lampung. Kelapa merupakan produk unggulan sector pertanian Lampung karena dapat mendatangkan keuntungan. Kabar bagus buat petani dan warga Lampung. China setiap bulan memesan sekitar 200 peti kemas sabut kelapa dari daerah ini. Namun, provinsi di pengujung selatan Pulau Sumatera itu belum mampu memenuhinya (Lampost 21 Januari 2008. Red). Salah satu produk kelapa yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah minyak kelapa. Minyak kelapa sebagai salah satu sumber lemak nabati. diperoleh dari daging buah kelapa yang didalamnya terkandung minyak 34,7%. Kualitas minyak kelapa sangat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas bahan baku serta proses pembuatan (Gani,2005). Dengan semakin terbukanya saluran informasi di berbagai bidang, semakin terkuak juga bahwa minyak kelapa yang selama ini dianggap sumber penyakit ternyata malah sebaliknya. Minyak kelapa memiliki banyak khasiat dan manfaat bagi kehidupan manusia. Dengan pengolahan yang semakin disempurnakan, tanpa melalui proses pemanasan dan fermentasi, didapatlah minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan nama Virgin Coconut Oil (VCO) (Gani, 2005).
VCO mengandung asam laurat yang berfungsi sebagai anti virus
VCO mengandung asam laurat (50%), yaitu asam lemak jenuh dengan rantai karbon sedang (Medium Chain Fatty Acid = MCFA) yang mudah diserap oleh tubuh, sehingga dapat langsung masuk dalam metabolisme, menghasilkan energi dan tidak menyebabkan timbunan jaringan lemak. Asam lemak jenuh yaitu asam laurat yang ditemukan dalam minyak kelapa murni dapat berfungsi sebagai antimikroba. Di dalam tubuh manusia asam laurat akan diubah menjadi monogliserida asam laurat yaitu monolaurat/monolaurin, sebuah senyawa monogliserida yang bersifat antivirus, anti bakteri dan antiprotozoa (Bruce, 2005).
Mekanisme aksi monolaurin dalam membunuh virus HIV
Asam laurat dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin. Monolaurin inilah yang menjadi agen yang dapat membunuh virus HIV. Monolaurin akan memisahkan membran sel HIV dengan cara melemahkan sampai akhirnya membran sel virus terlepas.. Proses pemisahan membran sel menyebabkan virus akan mati karena tidak terlindungi oleh membran yang berfungsi sebagai proteksi virus. Lemak yang menyusun membran sel virus merupakan lemak rantai panjang, sedangkan monolaurin merupakan lemak yang berantai sedang. Interaksi antara lemak rantai panjang yang ada di membran sel virus dengan lemak rantai sedang monolaurin akan menyebabkan ketidakpermeabilitasnya membran sel virus karena adanya perubahan komponen penyusun membran sel virus. Hal ini menyebabkan membran terlepas dari kesatuan sel virus yang memungkinkan kematian pada virus tersebut.
Mekanisme aksi monolaurin dalam meningkatkan imunitas tubuh
Monolaurin selain secara langsung membunuh virus HIV dengan berinteraksi dengan membran sel, juga dapat meningkatkan jumlah sel T helper CD4. Dengan meningkatnya kadar sel T helper CD4 dalam tubuh kita maka sistem imunitas tubuh juga akan meningkat. Imunitas tubuh yang meningkat dijadikan sebagai modal dasar dalam proses penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh infeksi oportunistik akibat terinfeksi HIV. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Enigh (2007), peningkatan jumlah CD4 terjadi sangat signifikan pada penderita HIV/AIDS yang diberikan VCO pada dosis tertentu. Hal ini memperkuat pernyataan adanya efek peningkatan imunitas pada pemberian VCO pada pasien HIV/AIDS. Monolaurin menstimulasi pembentukan sel T helper di dalam jaringan limfoid sehingga apabila sel T helper terstimulasi pembentukannya maka akan secara simultan pembentukan antibodi-antibodi dalam tubuh penderita HIV/AIDS akan meningkat. Hal ini menyebabkan respon imunitas akan meningkat pula karena sel T helper berfungsi sebagai penghasil sitokin penstimulasi respon imunitas humoral pembentukan antibodi dalam tubuh.
Disusun dalam mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi tahun 2008 tingkat nasional
Tidak ada komentar:
Posting Komentar