Memegang idealisme itu laksana MENGGENGGAM BARA API..Tak banyak orang mau melakukannya.. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari perlindungan telapak tangan AGAR TAK MELEPUH..

Sabtu, 26 Juli 2008

Inilah kehidupan

Sore itu ketika aku duduk didepan kosan, aku melihat tukang siomay sedang menenteng piring yang berisi siomay siap santap. Dengan jalan yang terengah-engah aku perhatikan setiap derap langkahnya. Aku pertahitkan kemurungan di wajahnya. Ia memakai kemeja panjang berwarna gelap yang dimasukkan rapi kedalam celana bahan tiada bergaya. Kakinya dialasi oleh sandal jepit hijau terlihat kurang pas dengan setelan baju dan celana yang rapi. Aku selalu berpikir bagaimana tentang kehidupan tukang somay itu kala dirumah. Bagaimana ia bisa membiayai hidup keluarga ditengah tuntutan harga barang pokok yang semakin meroket. Bagaimana jika aku jadi dia. Aku menjadi tukang somay yang selalu menjajakan jajanannya berkeliling kosan ke kosan untuk mendapatkan pelanggan. Dilain pihak, aku pernah hidup ditengah-tengah kehidupan orang yang serba mudah, serba enak, serba mahal. Ketika itu aku berpikir, nikmatnya kehidupan orang itu. Akupun ketika itu mengadakan ekspansi pemikiran kepada kenikmatan yang ia dapatkan. Kapan aku seperti mereka. Hidup enak tanpa tergopoh-gopoh untuk mendapatkan sesuatu.

Oh Yaa Alloh, Engkau telah menentukan kehidupan manusia. Engkau telah memberikan takaran-takaran hidup manusia. Tetapi manusia ini enggan sekali untuk bersyukur. Manusia ini selalu mengoreksi segala kekurangan-kekurangan yang ada padanya, tetapi tidak mensyukuri segala nikmat yang Engkau berikan padanya. Manusia ini selalu menggerutu nikmat yang orang lain dapatkan tetapi kurang memperhatikan apa yang ia dapatkan yang orang lain tidak dapatkan. Kita harus ingat bahwa, rezeki, hidup, mati itu sudah ditentukan. Sekarang tinggal kita yang harus bersikap seperti apa. Sering sekali manusia tidak pernah bersyukur atas apa yang telah ia dapatkan malahan ia sibuk mengkalkulasikan kenikmatan orang lain dapatkan yang dibandingkan dengan kenikmatan yang ia dapatkan. Apabila kenikmatan yang ia dapatkan itu kurang maka ia meminta tambahan nikmat. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah. Apakah itu sebagai wujud syukur kita kepada sang pencipta? Dalam AyatNya telah dijelaskan bahwa “apabila kamu mensyukuri nikmat yang diberi maka akan Aku tambah, jika kamu tidak mensyukurinya maka aku akan berikan azab yang pedih”.

Kita hidup hanya sementara, kehidupan abadi akan kita tempuh setelah keidupan ini. Maka dari itulah tiket kehidupan abadi yang penuh oleh nikmat yang tak terhingga itulah akan kita dapatkan manakala kita terus mensyukuri nikmatNya. Menyadari segala kukurangan yang ada dan mencoba ikhlas menerima dengan segala kerendahan hati tanpa menggerutu.

Tidak ada komentar: