Adi itulah saya. Adi adalah panggilan kecil saya. Entah terisnpirasi dari mana keluarga saya memanggil saya dengan nama Adi. Mungkin saja nama itu adalah nama yang dipakai untuk memanggil anak bontot. What ever lah, yang apapun nama yang menjadi panggilan saya akan menengok. Saat umur kurang dari 6 tahun saya anak yang nakal. Tepatnya umur 1-5 tahun saya anak yang memiliki klenjar liur yang hipersekresi. Sehingga saya harus mengganti baju saya 5-7 kali dalam sehari karena basah kuyup dengan liur yang hipersekresi itu.
Masa anak-anak adalah masa yang menurut saya masa yang paling menyenangkan. Setiap hari bermain kesana-sini, mein petak umpat, kelereng, gambaran, gobak sodor, tam-tam buku dll. Saat itu memang kondisi psikologis teman-teman satu umur dengan saya sangat banyak. Sehingga hampir setiap hari kami melaksanakan ritual bermain apapun. Semasa kecil saya dikenal orang yang periang, lucu dengan joget khasnya dan lincah dengan beberapa tingkah aneh yang sering saya buat. Saya sering menciptakan sebuah benda yang dapat mendeteksi maling, kami menyebutnya kelontongan. Dan masih banyak lagi benda-benda aneh yang sudah saya buat.
Memasuki masa SD saya memulai berdisiplin diri. Saat itu hari pertama saya di SD kelas 1. saya di daftarkan oleh kakak pertama di SDN Tanah Tinggi 3. padahal saya ingin sekali masuk SDN 1 Tanah Tinggi Tangerang. Memasuki hari pertama sekolah saya masih seringnya melakukan perilaku yang menurut kebanyakan mengatakan saya aneh. Aneh dari mana, saya pikir saya melakukan perilaku sama dengan kebanyakan orang. Bermain, belajar dan lain-lain. Dari sisi mana saya disebut aneh. Ternyata selidik punya selidik orang-orang mengatakan saya aneh karena apa yang saya pikir itu terlampau jauh dari kebanyakan orang. Saya tidak pernah belajar untuk membaca tetapi saya bisa membaca. Saya sering bermain tapi kalau ditanya guru saya bisa menjawab. Menurut saya ini bukanlah hal yang aneh. Orang saja yang keterlaluan menilainya.
Kelas 1 dan 2 saya kurang berprestasi di kelas. Saya tidak memiliki peringkat kelas. Saat itu saya kelas B. Pada saat kelas 3 SD kami pecah menjadi SD 3 untuk kelas A dan SD 8 untuk kelas B. Saya berganti institusi menjadi SD 8. pada permulaan kelas 3 SD di SDN 8 saya mulai menunjukkan bakat yang sudah lama terpendam. Bakat itu adalah belajar. Pada caturwulan 1 saya langsung melejit ke peringkat 1 kelas. Hal itu membuat seluruh guru, teman dan keluarga saya sendiri merasa heran. Saya yang tidak pernah belajar bisa mendapatkan peringkat satu. Tetapi prestasi itu kandas saat saya duduk di caturwulan ke-2 dan 3. prestasi saya turun menjadi peringkat 7. betapa kecewanya saya saat itu. Selidik punya selidik ternyata turunnya prestasi saya itu karena saya memang malas untuk les mandiri di rumah guru SD saya. Ah, ini tidak fear. Yang mendapatkan ranking 3 besar itu adalah murid yang sering les di rumah bu guru.
Naik ke kelas 4 saya mencoba untuk meniti lagi prestasi yang pernah saya raih. Lumayan naik peringkat, saya menduduki peringkat ke-2 di kelas. Dan mulai dari situlah saya tidak naik dan tidak turun dari peringkat itu sampai dengan kelas 6.
Di kelas 5 saya memiliki guru yang kini menjadi pejabat penting di Dinas Pendidikan di Kota Tangerang. Beliau bernama Pak Abduh Surahman. Beliau guru yang sangat disiplin. Wajar jika pak abduh karirnya melejit dari hanya guru SD menjadi Kepala Staf Tata Usaha Dinas Pendidikan Kota Tangerang. Untung saja saat saya menemui beliau di kantornya, beliau tidak lupa dengan saya.
Saat kelas 6 saya pernah mengikuti lomba hafalan al-quran. Saat itu saya mendapatkan juara 1. selain itu saya juga pernah mengikuti lomba bidang studi matematika. Tetapi saya kurang beruntung saat itu. Saya harus banyak belajar untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
Saat SD saya dipanggil iswadi. Inilah permulaan kesalahan nama yang didaftarkan oleh teh aas. Di akta kelahiran saya nama saya bertuliskan Iswandi Darwis. Tetapi teh aas mendaftarkan saya atas nama iswadi darwis. Sewaktu SMP saya di panggil Iswandi hingga akhirnya saat saya SMA saya dipanggil Darwis. Nama Darwis lebih mudah diingat, simpel dan tidak repot. Adi nama panggilan kecil saya, Iswadi nama panggilan teman-teman SD, Iswandi saya dipanggil oleh teman-teman SMP dan akhirnya pada saat SMA saya dipanggil dengan nama Darwis hingga sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar