Memegang idealisme itu laksana MENGGENGGAM BARA API..Tak banyak orang mau melakukannya.. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari perlindungan telapak tangan AGAR TAK MELEPUH..

Sabtu, 11 September 2010

BUDAYA MEREKA

Seharian berfikir, mengamati perilaku budaya masyarakat di sekitar rumah membuat aku semakin ingin menjauh dari rumah..budaya mereka tidak masuk dalam criteria hidupku yang ingin maju..ingin terlepas dari keterpurukan namun tetap rendah diri..sulit untuk diungkapkan mengenai perasaan aku sekarang mengamati budaya masyarakat disini yang kurang pekerja keras..ingin enak saja..berikut tingkah polah yang terjadi di sebagian masyarakat sini..di kampungku..

Makan tidak makan asal kumpul

Mungkin pernyataan tersebut sudah pernah kita dengar sebelumnya..judul lagu tersebut 10 tahun yang lalu pernah booming di belantara musi nusantara dibawakan oleh group music Slank.. Group music yang mendapatkan jutaan fans (Slankers) lantaran lagu-lagu yang mereka bawakan mengandung makna kehidupan dan mereka memberikan contoh baik mengenai menghidari narkoba..

Balik lagi ke pernyataan makan tidak makan asal kumpul. Mereka tidak mengapa makan seadanya asal seluruh anggota keluarga mereka kumpul.. ada kecenderungan mereka hanya berkutat pada daerah sini saja. Peribahasa mengatakan bagai katak dalam tempurung.. mereka terjebak dalam lingkungannya sendiri tidak melihat betapa luar biasanya dunia di luar sana..misalnya dalam satu keluarga yang terdiri dari orang tua dan 5 orang anak..mereka hidup dalam sebuah rumah yang berukuran 6 x 8 m persegi..ditambah dengan pekarangan yang lumayan luas..setelah menikah anaknya akan membuat rumah di dekat pekarangan yang luas tersebut hampir berhimpitan dengan rumah orang tua, yang lebih luar biasa lagi rumah tersebut disekat dan berubah menjadi 2 rumah yang dihuni oleh 2 keluarga..mereka berkumpul dalam satu lingkungan.. tidak ada pemikiran untuk maju misalnya membuat rumah dan pekarangan rumah sendiri tanpa tergantung orang tua..aku juga tidak boleh berpandangan sempit seperti itu juga, mereka seperti itu mungkin karena kekurangan dana untuk memberli rumah dan pekarangan rumah yang baru..memang apabila dikategorikan menganai pekerjaan sebagai wahana mencari rezeki mereka hanya bekerja sebagai pegawai-pegawai pabrik lulusan SMA.. yang penting bekerja dan dapet duit dan bisa hidup makan dan kumpul bareng keluarga..

Yang penting sudah kerja. Tidak peduli pekerjaan itu dapat menyokongnya hidup atau tidak

Mereka sudah puas dengan bekerja di pabrik menjadi pekerja kontrakan selama 3 bulan dan bisa diperpanjang apabila mereka bagus dalam bekerja..Puas mereka sudah sangat puas dengan apa yang mereka dapatkan..setelah mendapatkan gaji mereka bukannya menabung untuk hari depannya malahan mereka pergi makan-makan jalan-jalan tidak berfikir mereka punya kewajiban untuk memberi uang kepada orang tuanya..atau yang lebih jauh lagi mereka tidak berfikir ingin berkeluarga, terlepas dari orang tuanya dan mencoba hiduo mandiri..tidak ada sepertinya yang berfikiran seperti itu. Siapa yang disalahkan? Mereka bekerja di pabrik dengan gaji yang pas-pasan hanya karena pendidikan yang mereka punya hanya bisa di tamping di pabrik.. mereka puas dengan lulus SMK lalu corat-coret baju dengan pilox seakan-akan telah merdeka..padahal tantangan itu di depan mereka.. mereka tidak bisa diterima di perusahaan yang lebih mumpuni karena mereka kurang tingkat pendidikannya..sudah puas dengan lulus SMK..mereka tidak kuliah lantaran bukan karena orang tua mereka tidak kuat untuk membiayain tapi karena mereka ingin langusung kerja..mendapatkan uang lalu bisa membeli barang sendiri dan lain-lain.. mereka tidak tahu urgensi pendidikan tinggi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih layak.. yang hanya ada dalam pikiran mereka bisa bekerja dan makan.. entah makan apa yang bisa mereka makan hanya dengan bekerja di pabrik saja..

Menjadikan tangan di bawah menjadi sebuah budaya

Ini yang parah..mereka hanya mengandalkan pemberian tanpa ada usaha apapun..mirisnya lagi ini merupakan kisah salah satu saudaraku..mereka paruh baya yang tidak bekerja apa-apa..dikatakan paruh baya tidak juga karena dengan umuran sepantaran mereka masih bisa mengais rezeki..mereka hanya mengandalkan pemberian dari anak-anaknya dan sodara-sodaranya..ada Alhamdulillah tidak ada ya sudah..tidak berfikir mau makan apa hari ini,esok, seminggu dan sebulan.. kemiskinan tidak memberikan pelajaran kepada mereka untuk bekerja lebih keras..melainkan mereka terus terlena dengan keterpurukan, terus hanyut dengan kelemahan..dikaruniai anak yang dari segi pendidikan kurang dan seperti biasa anak-anaknya juga hanya mendapatkan pekerjaan di pabrik..

Ada lagi, orang yang dahulu di limpahi harta karena masih bekerja..suatu saat sudah masuk masa pensiun mereka lalu pergi haji dengan mengandalkan uang pensiun..lalu setelah pergi haji mereka bingung bagaimana untuk membuat dapur ngebul..mereka puas dengan gelar haji akan tetapi bingung nantinya menghidupkan dapur rumah..seharusnya mereka berinvestasi dengan uang pensiunnya itu untuk mendapatkan rezeki yang lebih..berusaha seperti itu lebih bijak ketimbang mendapatkan gelar lalu tidak berfikir hidup kedepannya seperti apa..mengandalkan pemberian anak atau hanya diam berpangku tangan menunggu ada yang memberi..

Berbeda dengan pada pendatang dari jawa atau dari Sumatra..mereka awalnya hanya mengontrak di kontrakan rumah yang dimiliki oleh salah satu penduduk asli kampong ku…tapi sekarang mereka sudah membeli kontrakan tersebut untuk menjadi milik pribadi dan mendirikan kontrakan sendiri…dari mengontrak rumah lalu kemudian memiliki kontrakan rumah…subhanalloh..

Mereka adalah macam-macam manusia yang ada di kampung ku..masih subjektif memang tapi setidaknya dapat menggambarkan tingkah laku budaya yang ada dikampung ku..

Mari sama-sama kita bangkit untuk membangun kampung kita..masa depan kita tempat kelahiran kita..

Tidak ada komentar: