Memegang idealisme itu laksana MENGGENGGAM BARA API..Tak banyak orang mau melakukannya.. Sebab, hanya sedikit yang sudi bersusah-susah mencari perlindungan telapak tangan AGAR TAK MELEPUH..

Selasa, 24 Juni 2008

REVITALISASI NILAI-NILAI IDEALISME DALAM MEREKONSEPSI FUNGSI DAN PERANAN MAHASISWA KEDOKTERAN

Seabad telah berlalu pergerakan pemuda dalam menyatukan suara hati untuk mencapai kata merdeka. 20 Mei 1908 merupakan momentum awal kisah pergerakan mahasiswa kedokteran. Stovia yang sekarang adalah FKUI merupakan saksi sejarah pergerakan mahasiswa kedokteran. Dimana ide-ide brilian ditelurkan untuk dapat menyatukan bangsa yang terkotak-kotak melakukan perlawanan sporadis dan kedaerahan menjadi perjuangan nasional yang seragam.

Jauh dari benak pikiran kita bahwa begitu luar biasa perjuangan mahasiswa kedokteran pada saat itu. Berjuang menentang penjajah dengan perang ideologis yang idealis, konstruktif dan terarah. Beratnya perjuangan diemban dengan penuh kerja keras sehingga dapat menghasilkan kata untuk merdeka.

Kondisi keidealismean mahasiswa kedokteran saat ini telah memudar dan terpolarisasi. Dahulu mahasiswa kedokteran dijadikan ujung tombak perjuangan untuk menyuarakan kepentingan orang banyak, tetapi sekarang banyak stigma dari masyarakat terutama mahasiswa lintas ilmu lain yakni mahasiswa kedokeran bersifat apatis, eksklusif, sukar bergaul, nonorganisatoris dan lain sebagainya.Entah bermulai dari siapa, kapan dan dimana hal tersebut dapat terjadi. Yang pasti degradasi nilai-nilai idealisme mahasiswa kedokteran berada dalam titik kritis dan kapanpun akan menjadi bom waktu yang meluluh lantakan nilai idealisme yang ada apabila tidak kita prevensi secara dini.

Malorientasi fungsi dan peranan mahasiwa kedokteran berakar dari kondisi lingkungan personal yang tidak tanggap terhadap permasalahan-permasalahan kesehatan yang diputuskan oleh para stakeholder terkait. Terkesan bahwa mahasiswa memiliki analisis yang tumpul terhadap polemik dan dinamisasi kebijakan-kebijakan kesehatan. Dahulu mahasiswa kedokteran dihadapi oleh permasalahan tidak hanya kesehatan saja melainkan permasalahan yang fundamental yakni sosial, politik dan kemerdekaan. Pola-pola seperti itulah yang membuka jalan menuju apatisme mahasiswa dan runtuhnya idealisme mahasiswa.

Eksplorasi kondisi objektif yang ada merupakan pengamatan dan pengalaman kita sehari-hari. Bukan merupakan fiktif yang dibuat untuk mempertajam permasalah melainkan untuk memberikan cakrawala berfikir sehingga kita harus cepat berbenah diri agar tidak masuk dalam treshold apatisme mahasiswa yang memang sudah mati. Titik tekan yang benar-benar perlu diperhatikan yakni rekonsepsi fungsi dan peranan mahasiswa kedokteran sebagai sentral dan ujung tombak pergerakan perjuangan kemahasiswaan. Selain itu pula mahasiswa kedokteran kembali menjadi triger analisis permasalahan sosial, kebijakan, kondisi kekinian terlebih lagi masalah kesehatan yang merupakan teritorial pemikiran. Fragmentasi-fragmentasi pemikiran yang terpolarisasi dari yang bersifat study oriented, nonorganisatoris dan introvert di kerucutkan menjadi sebuah paradigma berfikir yang idealis, berkarakter perjuangan mahasiswa kedokteran dan berorientasi pada kepentingan masyarakat.

Jubah idealisme mahasiswa yang dulu indah sekarang sudah koyak dan kusam. Hal tersebut terjadi karena proses kaderisasi yang tidak adekuat dari generasi ke generasi dalam rangka penitipan proses perjuangan. Kaderisasi yang kurang adekuat akan menghasilkan kader yang prematur keahlian dan pengetahuan sehingga pemikiran-pemikiran yang ditelurkan juga kurang mengena pada kondisi kekinian masyarakat. Oleh karena itu maintenence dalam penyaluran pengetahuan dari generasi ke generasi harus dipertahankan sehingga tidak ada lagi kata stagnansi bahkan dekadensi perjuangan.

Melalui momentum seabad hari kebangkitan nasional yang notabenenya merupakan refleksi dari perjuangan mahasiswa kedokteran pada saat itu, dapat dijadikan triger pergeran mahasiswa kedokteran dengan merevitalisasi nilai-nilai idealisme yang dulu terbangun dan sekarang luntur termakan waktu. Sejatinya momentum tersebut menjadi bahan renungan bagi kita untuk memaknai arti perjuangan sehingga kita sebagai generasi penerus berupaya keras memperbaiki keadaan yang makin lama makin memburuk.

Tidak ada komentar: